BAACA.ID,-Saat kita merasa bahwa kita memiliki kekuatan dan kekuasaan, kita akan merasa bisa mengontrol segalanya, bisa mengendalikan segalanya, dan bisa mengatur segalanya. Akan tetapi, kondisi perasaan (merasa memiliki kekuatan dan perasaan) ini justru cenderung melahirkan dualisme.
Ibarat seorang raja dan panglimanya, keduanya akan disebut menyatu ketika kebijakan mereka sama dan apa yang akan dilakukan juga sama. Panglima yang setia pada rajanya, akan mengambil keputusan sesuai kebijakan raja dan bertindak sesuai keinginan raja. Maka apapun yang dilakukan panglima di lapangan, adalah juga merupakan keputusan dan tindakan raja. Karena panglima seperti ini telah menyatu dengan rajanya dan dengan demikian menjadi perpanjangan tangan raja di lapangan. Panglima seperti ini merasa bahwa kekuatan dan kekuasaannya adalah pemberian dan amanah dari sang raja.
Akan berbeda jika si panglima justru merasa memiliki kekuatan dan kekuasaan sendiri. Ia akan membuat keputusan dan mengambil tindakan yang cenderung bertentangan dengan keinginan raja. Ia akan cenderung menciptakan dualisme pada pemerintahan. Ia tidak lagi menyatu dengan rajanya, karena merasa memiliki kekuatan dan kekuasaan sendiri. Bahkan bisa bersaing dengan kekuatan dan kekuasaan sang raja.
Baca Juga: Usung Tembus Pasar Dunia
Kebanyakan manusia seringkali berada pada konteks yang terakhir ini. Ia merasa tidak butuh Tuhan karena merasa memiliki kekuatan dan kekuasaan. Ia mengira tubuhnya adalah miliknya sehingga bebas melakukan apa saja. Ia terlena dengan kemampuannya dalam mengontrol dan mengatur segalanya. Ia mungkin akan menjadi sadar ketika kekuatan dan kekuasaan yang diandalkannya tiba-tiba lenyap dari dirinya. Saat kesadarannya hadir, baru ia ingat akan Tuhan. Baru merasa butuh Tuhan.
Padahal sejatinya manusia adalah makhluk yang sangat tidak berdaya dan sangat lemah di hadapan-Nya. Apapun yang kita miliki pada diri kita, semuanya adalah pemberian-Nya. Dimulai dari kehidupan, denyut jantung, ritme napas, kekuatan untuk berpikir, kekuatan untuk bertindak, hingga kekuasaan dan segalanya adalah murni pemberian-Nya. Karena tidak ada satupun di alam semesta ini yang bukan ciptaan-Nya. Sehingga apapun itu adalah juga pemberian dari-Nya.
Baca Juga: SEMARAK ART FESTIVAL DI NOVOTEL MAKASSAR
Wahai manusia! Kamulah fakir dan butuh kepada Allah dan Allah Dialah Maha Kaya lagi Maha Terpuji (QS 35:15).
Ayat ini dengan jelas menunjukkan bahwa kita semua adalah makhluk yang betul-betul tak berdaya, lemah, dan murni ketergantungan. Setiap dari kita senantiasa membutuhkan segala sesuatu dari-Nya. Saat kita merasa demikian, maka saat itulah kita semakin menyatu dengan-Nya. Kita tidak sekedar datang kepada-Nya, hanya untuk meminta agar memperbesar kekuatan dan kekuasaan diri.
Kita merasa bahwa semua yang ada pada diri kita adalah pemberian dan amanah dari-Nya. Dan karenanya, pemikiran, keputusan, dan tindakan kita juga mesti berasal dari perintah-Nya dan larangan-Nya, yang diimplementasikan di segala aspek kehidupan. Mulai dari ritual ibadah, keluarga, hingga kehidupan sosial.
Saat inilah, kita sesungguhnya semakin menyatu dengan-Nya. Karena tidak ada lagi perasaan dualisme pada diri; tidak ada lagi perasaan ego bahwa diri kita eksis dan mampu atas segalanya.
Ayo Gabung Komunitas Pakar Pemberdayaan Diri Untuk Pemograman Pikiran dan Tubuh dengan klik: https://tribelio.page/syahril-syam ***
Penulis : Syahril Syam
Artikel Terkait
SOLUSI IMAJINER
SEMARAK ART FESTIVAL DI NOVOTEL MAKASSAR
Kembangkan Teknologi CCS, Mahasiswa UPER Dukung Net Zero Emission
Sulsel Jadi Ikon Pameran Terbesar Asia Tenggara
Usung Tembus Pasar Dunia