BAACA.ID,-Stephen Post, Ph.D, Presiden Institute for Research on Unlimited Love, yang mempelajari tentang cinta, menemukan bahwa cinta itu didasari oleh sikap untuk memberi. Di situ ada rasa kasih, harapan, pemaafan, kesetian, toleransi, dan menghargai.
Pada tingkatannya yang biasa-biasa saja, kecenderungan untuk mencintai dapat kita lihat pada cinta anak kepada kedua orang tuanya dan sebaliknya, cinta antara sesama sahabat, cinta murid kepada guru, atau cinta suami-istri. Namun, kerinduan memiliki tingkatan yang lebih tinggi daripada cinta. Tak akan pernah seseorang disebut mencinta ketika ia belum pernah merasakan kerinduan yang tak terperi.
Pada kerinduan inilah, cinta akan terwujud dalam suatu bentuk ikatan yang sangat kuat dan kemudian berada pada kondisi flow yang amat dalam sehingga rela melakukan apa saja demi yang dirindukannya. Konon kerinduan semula merupakan nama pohon yang menempel pada pohon lain dan memeluknya sedemikian rupa seakan-akan dia adalah pemilik pohon yang dipeluknya itu. Seperti itulah yang dimaksud dengan kerinduan.
Baca Juga: Dua hari acara JK di Unhas, Rektor Unhas tidak Nongol, Pengamat: Ini sangat Aneh
Kerinduan cenderung membuat kita keluar dari keadaan normal sehingga tidak mau makan dan minum, karena hanya memikirkan dan memusatkan perhatiannya pada apa yang dirindukannya. Dalam kerinduan, selalu ada perasaan menyatu dengan yang dirindukan sehingga akan nampak satu karena ia menyatu dengan yang dirindukannya. Inilah kecenderungan yang ada khusus pada manusia saja. Para ahli filsafat hikmah membagi kerinduan yang dirasakan oleh manusia.
Ada kerinduan yang bukan hakiki dan ada kerinduan yang bersifat rohani (kerinduan jiwa). Kerinduan seksual adalah kerinduan yang bukan hakiki karena akan terhenti jika keinginannya terpenuhi. Kerinduan seksual bertujuan pada pemenuhan hasrat yang dimulai dari saraf-saraf dalam tubuh dan berakhir ketika keinginan saraf-saraf tersebut telah tersalurkan.
Berbeda dengan kerinduan yang bukan hakiki, kerinduan rohani adalah kerinduan yang bersifat menggerakkan pada tujuan-tujuan yang lebih hakiki. Kerinduan pada
yang tertinggi akan membuat kita berada dalam kondisi ekstase yang luar biasa dan menyatu, serta keinginan-keinginan yang dirindukannya.
Baca Juga: Berhenti Bersikap Buruk
Saat kita memiliki kerinduan yang begitu besar kepada wujud yang paling agung dan paling besar nilainya, maka saat itu kita akan mengenal nilai-nilai wujudnya yang terkandung secara detail, dan dengan demikian, kecenderungan fitrah kita ini akan memperoleh pemenuhan jiwa secara utuh.
Itulah sebabnya, kecenderungan fitrah yang tak mengenal batas ini akan selalu mengarah pada cinta dan kerinduan kepada WUJUD YANG MAHASEMPURNA. Karena, jika cinta dan kerinduan ini bersifat sejati yang hanya ditujukan kepada makhluk yang tak mahasempurna, maka kecenderungan fitrah ini tak akan menemui pemenuhan yang sempurna, karena pasti akan diiringi dengan pelarian, keterpisahan, kegalauan, dan penderitaan.
Ayo Gabung Komunitas Pakar Pemberdayaan Diri Untuk Pemograman Pikiran dan Tubuh dengan klik: https://tribelio.page/syahril-syam***
Penulis : Syahril Syam
#thesecretofattractorfactor
#changelimitingbeliefs #pakarpemberdayaandiri #SelfAwarenessTransformation
Artikel Terkait
Departemen Pendidikan Luar Sekolah UM Gelar Pelatihan Kepemimpian untuk Program PKH di Kota Malang
Departemen PLS FIP UM Bersama Forum Komunikasi PKBM Jatim Gelar Seminar Nasional Bangun Desa Berkualitas
Berhenti Bersikap Buruk
Pentingnya Tafakkur
Dua hari acara JK di Unhas, Rektor Unhas tidak Nongol, Pengamat: Ini sangat Aneh