BAACA.ID,-Begitu banyak orang tua yang tanpa sadar tidak memberikan perhatian kepada anaknya, karena berada dalam zona “ego sibuk”. Ego sibuk adalah suatu keadaan ketika otak merasakan kecanduan atas suatu kegiatan yang begitu nikmat. Biasanya berupa sibuk dalam bekerja atau sibuk nongkrong. Akhirnya, orang tua lebih banyak menghabiskan waktunya di luar rumah dibandingkan bersama anaknya.
Alasan klasik yang sering diutarakan model orang tua seperti ini adalah bahwa ia sibuk karena demi mencari nafkah bagi kehidupan anaknya juga. Karena seringnya ia tidak hadir di sisi anaknya, sehingga ia mengira telah memberikan perhatian dan kasih sayang kepada anaknya ketika telah memberikan uang yang berlebih, membelikan semua keinginan anak, atau telah membiayai semua kehidupan anak. Padahal semua pemberian materi itu tidak akan pernah memuaskan dahaga hati.
Baca Juga: Ketum IKA Unhas Andi Amran Sulaiman Lantik Ketua IKA Unhas Kaltim Isradi Zaenal
Dalam kebanyakan kasus, model orang tua yang tenggelam dalam kenikmatan kesibukan diri sendiri adalah mereka yang saat kecil juga seringkali ditinggalkan oleh orang tuanya; yang juga punya alasan yang sama, yaitu sibuk mencari nafkah. Karena ia sejak kecil ditinggalkan orang tuanya, maka saat ia memiliki anak, maka terpiculah program sibuk pada dirinya, dan ia pun seringkali tidak hadir di sisi anaknya.
Alih-alih kognitif, pintu pertama memasuki dunia anak adalah emosi (hati). Karena melalui pintu hati inilah, orang tua bisa memasukkan beragam program positif ke dalam bawah sadar anak, sehingga menjadi suatu kebiasaan yang konstruktif. Dan salah satu cara memasuki hati anak adalah hadir di sisinya secara rutin. Terlebih lagi di masa-masa bayi hingga usia awal SD.
Baca Juga: BPP IKA UINAM, Reami Kukuhkan, Idrus Marham Ajak Pengurus Pikirkan Program Bagi Rakyat
Ketika pintu hati ini tidak berhasil dimasuki oleh orang tua, maka jangan heran, walau anak serumah dengan orang tua, tapi hatinya jauh dari hati orang tuanya. Dan anak yang sama pula, walau tidak serumah dengan teman dekatnya, tapi hati mereka justru dekat. Akhirnya anak lebih sering mendengarkan kata teman dekatnya, dibandingkan mendengarkan orang tuanya sendiri.
Ngomong-ngomong, karena model orang tua yang ego sibuk ini telah terpola sejak ia masih kecil, maka seringkali saat ia sudah tua, ia pun akan kembali merasa kesepian seperti (bahkan lebih akut) saat ia kesepian di saat kecil dulu. Karena hal candu (kesibukan) sudah tidak lagi ada pada dirinya. Juga anak yang dididiknya dengan pola ego sibuk, kemungkinan besar akan juga rutin meninggalkannya sendirian disaat telah dewasa dengan alasan yang sama, yaitu sibuk.***
penulis : Syahril Syam
Ayo Gabung Komunitas Pakar Pemberdayaan Diri Untuk Pemograman Pikiran dan Tubuh dengan klik: https://tribelio.page/syahril-syam
#thesecretofattractorfactor
#changelimitingbeliefs #pakarpemberdayaandiri #SelfAwarenessTransformation
Artikel Terkait
Kerelaan Hati
Beasiswa Ujung Negeri, Meratakan Akses Pendidikan Tinggi ke Wilayah Terluar
Terlalu Banyak Kriteria Hati
BPP IKA UINAM, Reami Kukuhkan, Idrus Marham Ajak Pengurus Pikirkan Program Bagi Rakyat
Ketum IKA Unhas Andi Amran Sulaiman Lantik Ketua IKA Unhas Kaltim Isradi Zaenal